Keguguran Berulang: Part 1

Mengalami keguguran berulang tentu tidak mudah bagi seorang wanita. Apalagi yang memang kehadiran sang buah hati ini amat dinanti-nanti.

Namun tidak dipungkiri bahwa keadaan setiap ibu hamil pasti berbeda. Jangankan antara satu ibu hamil dengan ibu hamil yang lain, satu wanita yang hamil beberapa kali pasti merasakan sensasi yang berbeda dan tak pernah sama di setiap kehamilannya. Betul?


source: halodoc.com

Yap. Itulah nikmatnya ibu hamil. Maka bersyukurlah bagi yang telah melewati masa-masa indah kehamilanmu. Karena di luar sana masih banyak wanita yang begitu mendambakan kehadiran buah hati di pelukannya namun tak jua mendapatkan dua garis merah.


Bagi para pejuang garis dua, semoga Allah tambahkan kesabaran dan keikhlasan di kebesaran jiwamu. Insya Allah Dia memberikannya di waktu yang tepat dan terbaik menurut-Nya.


Kehamilan Yang Pertama: Gugur

Aku menikah pada 20 November 2011. Saat itu aku masih duduk di bangku kuliah semester tujuh. Sehingga seminggu setelah menikah aku kembali ke kelas dan LDR dengan suamiku yang masih mengabdi di kota kelahirannya, Demak Jawa Tengah.

Saat liburan semester yakni pada Januari 2012, aku positif hamil. Saat itu aku pulang liburan di rumah mertua di desa Bonang, Demak. Karena ada suatu urusan, maka aku dan suami melakukan perjalanan ke Magelang dan Jogjakarta dengan mengendarai kendaraan roda dua.

Qodarullah, sepulang dari Magelang itu aku ngeflek. Serta merta suami membawaku ke bidan untuk diperiksa. Bidan hanya menyarankan agar aku bedrest dan meminum obat penguat kandungan. Namun bukannya berhenti, fleknya makin banyak dan merah, seperti layaknya sedang haid.

Kamipun segera ke rumah sakit untuk USG. Dokter menyatakan rahimnya sudah bersih, jadi gak perlu kuret lagi. Ya, janinnya telah gugur. Innalillah...


Kehamilan Kedua dan Ketiga: Lahir

Usai liburan aku kembali ke kotaku mencari ilmu. Bersama suami karena aku menolak LDM. Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan skripsi dan wisuda tepat waktu, pada 15 September 2012.

Dua bulan kemudian, aku positif hamil. Alhamdulillah yang ditunggu akhirnya datang juga. Begitu hamil lagi aku membatasi diri agar tidak terlalu sering bepergian menggunakan motor di trimester pertama. 



Di kehamilan kedua ini aku mengandung dan melahirkan anak pertama kami, perempuan pada 20 Juni 2013. Setahun kemudian aku hamil kembali dan lahir tepat ketika anak pertama kami berusia 1 tahun 10 bulan. Anak kedua berjenis kelamin laki-laki, lahir pada 23 April 2015. 

Baca juga: Jual Obat Cytotec 

Kehamilan Keempat: Gugur

Kejadian ini aku alami pada tahun 2017. Aku ingat pada bulan ramadhan atau sebelumnya itu suamiku sempat menyinggung bahwa ia ingin punya anak lagi. Namun aku keberatan karena anak pertama kami masih 4 tahun dan anak kedua kami berusia 2 tahun. 

Dulu banget di awal pernikahan aku sempat mengutarakan bahwa ingin hanya punya dua anak, seperti program KB. Betul? Namun suami menyanggah ingin punya lima anak. wow.. ✌☺

Namun setelah kehadiran dua anak yang lucu-lucu nan menggemaskan ini aku bilang ke suami bahwa aku mau punya anak lebih dari dua namun jaraknya diatur. Yah, paling gak tiga sampai empat tahun lah, baru punya adik lagi. 

Dan aku memang enggak pernah KB. Jadi selama ini kami KB alami aja atau suami memakai pengaman. Alhamdulillah dia mau mengerti dan bersedia mengatur jarak kehamilan. 

Qodarullah, setelah pulang kampung saat lebaran itu, yakni pada bulan Juli suamiku mulai curiga. 

"Bunda kok belum haid ya,"

"Iya, ya. kayaknya udah dua bulanan nih belum haid." 

"Jangan-jangan hamil, Bund." 

"Masa'?" 

Aku was-was donk! Karena ingat ketika kami berhubungan badan menjelang akhir ramadhan lalu itu bertepatan dengan masa suburku. 'Waduh, kalo jadi gimana, ya?' gumamku kala itu. 

Ya! Aku sempat menolak jika diriku benar hamil. Aku sempat berharap jika aku tidak benar-benar hamil. Aku merasa belum siap. Bahkan mau tespack aja aku enggak berani. Berharap agar segera haid namun tamunya tak kunjung datang. 

Hingga pada pertengahan Agustus aku baru berani tes menggunakan tespack dan hasilnya? positif. Kami segera ke bidan untuk memastikan kondisiku. Menurut bidan, usia kehamilannya sudah 8 minggu. 

Alhamdulillah terucap di bibir namun di hati seperti ada yang mengganjal. Aku ingin menangis, merasa tak sanggup. Jujur, saat itu ada perasaan menerima, namun ada sisi lain yang menolak. 

Suamiku? Tentu dia bahagia karena memang inilah yang diharapkannya. 

Aku bertarung dengan diriku sendiri. Berusaha menerima dengan sepenuh hati. Sulit? ya, cukup sulit, namun pada akhirnya aku mampu. 

Berdamai dengan diri sendiri. 


Ketika telah menerima, justru harus melepas...

Aku menjalani kehamilan seperti biasa. Pun tetap menjalani aktivitas mendampingi kedua anakku yang super aktif. Bermain, membaca buku, jalan-jalan adalah hal biasa yang kujalani setiap hari demi menemani anak-anak. Menjadi teman bagi mereka dan masuk ke dalam dunianya. 

Lelah yang kurasa kadang tak kuhiraukan, demi melihat senyum manis terukir indah di bibir keduanya. 

Hingga pada bulan September, bulan ketiga kehamilan, waktunya kontrol rutin. Kami pergi ke klinik bidan, dan diperiksa detak jantung janinnya. Pada saat itu, bidan berupaya mencari dimana titik yang tepat untuk mendengarkan detak jantung janin namun tak jua menemukan. 

"Mungkin letaknya agak jauh dan kulit perutnya tebal jadi gak terdengar jelas detak jantungnya nih. Mungkin bulan depan udah jelas kedengaran," ujar bidan kala itu.   

Namun beberapa waktu setelahnya sekitar akhir September aku ngeflek. Sedikit dan kecoklatan. Aku coba bedrest saja. Ohya, beberapa hari sebelumnya aku juga merasakan kram di perut di bagian bawah. 

Sebenarnya sempat bertanya-tanya wajar gak sih ngerasain kram kayak gini di trimester pertama? Karena jika di trimester ketiga, itu wajar terjadi, sering disebut kontraksi palsu. 

Namun aku berusaha menepis pikiran buruk yang ada dan tetap positif thingking. Hingga flek itu keluar. 

Tiga hari ngeflek, akhirnya aku dan suami memutuskan periksa ke bidan. Di bidan, tidak ada tindakan apa-apa dan disarankan untuk segera USG. 

Pagi itu juga kami ke Rumah Sakit untuk USG. Menyusuri jalan ke arah Pamulang mencari RS yang bisa USG pagi itu juga. Bertemulah dengan RS Buah Hati. 

Kami masuk dan mendaftar untuk bertemu dengan dokter kandungan yang ada pagi itu. Menunggu dengan harap-harap cemas. Begitu bertemu dan diperiksa melalui USG, hasilnya...

"Janinnya udah meninggal sebulan yang lalu nih," ujar dokter.

"Tapi kok enggak ketahuan ya, Dok?" 

"Ya Ibu enggak USG. Gimana bisa tahu? Kayak gini kan bisa tahunya ya lewat USG aja." 

"Tapi ngefleknya baru tiga hari ini, Dok." 

"Iya, ngeflek itu tuh kode dari janinnya minta dikeluarkan. Jadi ini harus dikuret, ya. Saya kasih surat rujukannya." 

Baca juga: Jual Obat Cytotec



Dadaku seketika terasa sesak. Merasa bersalah. 
Allah, ketika aku sudah bisa menerima, kenapa Engkau ambil kembali? 
Keluar dari ruang konsultasi, aku segera menepi, ke musholla. Menangis sepuasnya disana, di pundak suamiku. Dia menguatkanku. Aku merasa bersalah banget. Apakah ini bentuk Allah mengabulkan doaku kemarin? Ataukah ini bentuk teguran Allah karena aku sempat menolak takdirnya? 
Maka berhati-hatilah duhai Ibu dan calon Ibu. Aturlah hatimu sedemikian rupa. Upayakan selalu positif thinking, ya. Karena hati dan pikiranmu berpengaruh kepada janin yang ada di dalam kandunganmu. 
Setelah mulai tenang, kami memutuskan keluar dari RS tersebut. Suami mendapat rekomendasi dari temannya bahwa tak jauh dari situ ada RSIA Vitalaya yang biayanya lebih terjangkau dari RSIA Buah Hati. 

Akhirnya siang itu juga kami langsung ke RS Vitalaya, coba opsi kedua. Siapa tahu hasilnya berbeda. 

Bagaimana hasilnya setelah mencoba opsi kedua? Next aku share di postingan selanjutnya, yaa. 








Artikel terkait: Jual Obat Cytotec 



12 komentar:

  1. Adik ipar waktu hamil putra pertamanya, sempat ngeflek mbak. Wah, bener-bener kudu bedrest. Gerak dikit ngeflek lagi. Sampai deg-degan kita semua.

    BalasHapus
  2. Kalau di RS kadang2 saya pikir lebay dikit-dikit USG, tapi memang itu cara untuk tahu kondisi janin , termasuk kondisi denyut jantungnya. Semoga kehamilan yang sekarang tidak ada masalah.

    BalasHapus
  3. Seorang ibu memang pahlawan yang gagah berani.

    BalasHapus
  4. Penasaran baca postingan lanjutannya..
    Btw saya pernah mengalami tidak siap menerima kehamilan anak kedua, karena tadinya mau anak satu aja. Cukup lama saya ngumpet dari kenyataan. Namun akhirnya saya bisa menerima dan si bocah sekarang sudah berusia 2 tahun :)

    BalasHapus
  5. Ketika keguguran itu rasanya sedih, berat melepas kepergian janin. Cuma ada satu pilihan, menerima dengan lapang dada. Semoga diberikan kesempatan untuk hamil lagi.

    BalasHapus
  6. Aduh mba sedih bacanya, sudah meninggal sebulan lalu berarti :( semoga disabarkan dan dikuatkan kembali sehat ceria aamiin

    BalasHapus
  7. Butuh 3 bulan saya mengikhlaskan saya hamil lagi dk usia yg sudah di atas usia aman. 2 thn paskaSC anak sebelumnya. Keguguran 1x. semangat Bunda. Merasa saya tdk ada apa2nya dibanding Bunda

    BalasHapus
  8. Mbak beruntung banget, janinnya sudah sebulan meninggal di dalam rahim tetapi tidak berefek ke ibunya. Biasanya kejadian seperti ini, ibu yang mengalami efeknya. Semoga tetap tabah dan tetap bersyukur karena mbak diberi kesehatan.

    BalasHapus
  9. Ikut berduka cita ya Mbak. Iya pasti sedih banget ya, saat kita sudah ikhlas dan menerima kehadirannya tiba tiba nggak ada bayinya.

    BalasHapus
  10. Ikut berduka ya, Mbak. Semoga segera pulih lahir dan batin.

    BalasHapus
  11. Suka duka seorang ibu. Semoga menjadi bekal di akhirat ya bund.

    BalasHapus