Titip Rindu Buat Ayah

Dimatamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia

Ayah...
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
(Titip Rindu Buat Ayah - Ebiet G. Ade) 



Hayoo siapa yang baca tulisan di atas sambil nyanyi? Yup. Ini lagu legendarisnya Kang Ebiet G. Ade. Setiap mendengar lagu ini hatiku pasti tersentuh, haru dan sedih inget Bapak.

Beliau sekarang hanya tinggal berdua dengan Mama karena semua anaknya sudah berkeluarga.

Kadang tuh tiba-tiba keinget beliau, sedang apa ya di rumah? Sehatkah? Sering sih telpon atau chat wa, tapi ya tetep beda jika berkunjung langsung kan...

Cuma ya itu, sebagai istri ya kudu manut ama suami... Suami alhamdulillah dikasih beberapa amanah jadi yaa belum bisa sering-sering ke rumah orangtua. Meski begitu tetep diupayakan 3-4 bulan sekali nengokin meski cuma sebentar.

Ngomong-ngomong mengenai bapak, beliau tuh pendiam banget.
Saking pendiamnya sampe-sampe aku tuh segan banget ama beliau. Hmm lebih ke takut kali, ya. Nggak berani.

Dulu tuh kalo minta apa-apa juga nggak berani ngomong akunya. Padahal beliau biasa aja. Sering banget apapun aku pendam sendiri,  selain karena memang aku introvert orangnya.

Sampai sekarang, saat aku sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan beliau pun komunikasi di antara kami masih terasa agak kaku. Padahal sebenarnya beliau tuh humoris lho orangnya. Tapi ya begitulah beliau.

Aku memang nggak punya banyak kenangan yang memorable ama beliau. Karena beliau jarang di rumah. Selagi almh ibuku masih ada, beliau sering pulang kerja larut malam. Sehingga kami jarang bercengkrama.

Setelah ibuku meninggal saat aku berusia tujuh tahun, bapak mengajakku tinggal dengan ibu tiri yang aku panggil Mama.

Nah selama tinggal dengan mama ini bapak malah pulangnya seminggu sekali karena LDM-an beda kota.

Tapi selagi beliau di rumah, sering nemenin aku ngerjain PR. Kadang bercanda, bercengkrama. Jalan ke taman. Hmm kenangan masa kecil yang cukup indah.

Kini diriku sudah beranjak dewasa. Mengemban tiga amanah dari-Nya berupa satu anak perempuan dan dua anak lelaki.

Aku yang mengalami fatherless dalam keluarga, tentunya tak ingin anak perempuanku mengalami hal yang serupa. Karena sungguh, ketiadaan sosok ayah dalam pengasuhan tuh dampaknya sungguh besar terutama bagi anak perempuan.



So, ada sedikit tips agar sosok ayah turut hadir dan memberikan warna ceria untuk mewujudkan andilnya yang besar dalam pengasuhan anak.


Ini dia tipsnya:


Bicara dari hati ke hati. 
Sampaikan padanya bahwa anak-anak butuh sosok ayahnya ada di dalam keseharian mereka. Benar-benar ada dan membaur dalam dunia anak-anak. Bukan sekedar ada di sampingnya namun pikiran dan hati fokusnya ke yang lain.

Upayakan agar sang ayah yang membangunkan anak-anak di pagi hari dan mengajak anak laki-laki sholat subuh di masjid.
Ini pembiasaan, ya. Agar mereka mendapatkan keberkahan di pagi hari. Bagi anak perempuan, dibangunkan dengan suara ayah dapat membangkitkan rasa aman dan percaya diri, lho.

Ajak ayah bermain bersama. 
Minimal 10 menit saja dalam sehari ajak sang ayah ikut bermain dan berinteraksi dengan anak-anak, terutama yang perempuan, ya. Banyak kok yang bisa dilakukan. Bisa membacakan buku, bermain rumah-rumahan, belajar menulis, membaca, mengaji, mendongeng, dsb.

Ajak ayah menambah wawasan mengenai parenting.
Ini bisa dilakukan dengan cara menghadiri seminar atau kajian parenting, membaca buku, menonton video di youtube, mendengarkan radio, dsb.

Berdamai dengan masa lalu.
Ini tidak hanya untuk Ayah, namun juga sang bunda, ya. Terutama bagi yang dulunya model pengasuhannya adalah patriarki. Dimana laki-laki dimuliakan, yang nggak biasa megang kerjaan rumah tangga. Nah, ini harus menyamakan persepsi dulu. Kudu open minded. Bahwa keluarga ini dibangun bersama, maka menjaganya juga harus bersama. Mengasuh dan mendidik anak bersama, mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga bersama. Menciptakan keadaan rumah yang nyaman pun dilakukan bersama.

Jika sang ayah udah terbuka akan lebih mudah untuk membangun kebersamaan dalam keluarga. Sehingga sang ayah bisa benar-benar hadir dalam pengasuhan anak-anak.

Anak-anak pun tidak mengalami fatherless yang bisa mengikis rasa percaya diri mereka.




Puisi untuk Bapak

Hampir dua tahun lalu, aku menuliskan sebuah puisi untuk bapak. Karena aku tak pandai mengutarakan isi hati melalui lisan. So, aku menuliskannya dan memuatnya dalam buku antologi puisi yang berjudul Rindu dan Cinta yang terbit pada 2018 lalu. 


Kepak Rinduku

Di masa kecilku
Engkau begitu dingin
Bibirmu tak banyak mengucap kata
Pun tak banyak gelengan kepala

Di masa remajaku
Tak banyak berubah dari dirimu
Hanya dentingan suara yang mengudara
Karena raga tak sedang bersama

Sering aku berontak
Berulah fana yang tak ada habisnya
Desir egoku bergemuruh
Meminta setitik perhatianmu
Yang tak jua ada

Beranjak dewasa
Barulah ku menyadari
Arti hadirmu dalam kalbu
Makna segala diammu

Disini aku berdiri
Menatap wajahmu lekat
Menggenggam tanganmu erat
Mengurai rindu yang begitu pekat

Hanya kepada-Nya diri bersandar
Menitipkan dirimu yang tak lagi kekar
Bersama cinta yang terus mekar
Menerimaku dengan penuh sabar

Terima kasih Bapak
Karenamu,
Sayapku terus mengepak

Pondok Petir, 08 Februari 2018

Jadi mellow deh nih..... Hiks




Aku kangen Bapak.
Rindu akan petuahmu, yang dulu sering kau tuangkan padaku
Kau isi hatiku yang kosong
Hingga penuh

Aku terpecut, karena ucap dari bibirmu

Kau kirimkan kritikmu,
Ketika skripsiku dangkal
Kau berikan restumu,
Ketika aku dipinang
Kau langitkan doamu,
Ketika aku mulai berjuang

Hingga senyumku dapat terukir
Kakiku mampu tegak berdiri
Semua karenamu
Meskipun kau hanya diam
Namun kutahu, diammu mengandung restu, doa yang kau pintakan ke langit

Menembus cakrawala
Menguasai logika
Mewujudkan cita

Aku makin tegak berdiri
Dirimu mulai terbungkuk
Aku makin bobot berisi
Dirimu kurus seakan layu
Aku merambah berjaya
Engkau bertambah renta

Bapak, ai Love yu
Tapak tilas perjuanganmu
Pengorbananmu
Mendewasakanku

Meski banyak pahit
Asam garam dan sedikit manis
Justru itulah, menguatkanku

Bapak, sehat terus ya
Nantikan saat kita beribadah bersama
Di tanah haram
Menangis
Menengadah pinta 
Wujudkan cita-cita mulia 

Depok, 25 Januari 2020 
Putrimu, 


35 komentar:

  1. Saya pun tidak dekat dengan papa, padahal kami bertemu setiap hari. Makanya aku pingin banget anakku dekat dengan papanya, agar tidak kehilangan sosok ayah di hidupnya.

    BalasHapus
  2. Terim kasih Bun, aku jadi mengenang sosok bapak dan kedekatan ku dengan beliau. Bapak yang dulu memiliki kesan galak sampai teman-teman ku takut dan tidak pernah main ke rumah hahaha

    BalasHapus
  3. Aku baca sambil nyanyi, kebetulan hafal lagu2 ebiet karna ayahku suka. Jadi brebes mili, kangen ayahku. Hanya bisa untai kerinduan lewat doa, karna ayahku sudah bahagia di sorga :)

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah ya Mba Qity Intan masih bisa silaturahmi langsung ke orang tua. Saya sedih euy bacanya karena bawain ke diri sendiri. Jarak saya dan orang tua terlalu jauh. Saya di Bali, orang tua di Padang. Kami gak bisa sering-sering berkunjung karena berat di ongkos. Huhuhu. Meski demikian, saya selalu titip doa untuk ayah kepada Allah. Semoga orang tua kita sehat selalu ya mba. Amiiin

    BalasHapus
  5. Aku mau nulis tentang almarhum bapak ketika baca ini Mba Qoty. ALM bapak sangat lekat sekali di benakku. Kangen bisa sampe ke dalam mimpi..

    BalasHapus
  6. Ikut mellow ...

    Ayah saya pendiam juga Mbak, sekaligus humoris.

    Beliau suka kerja apa saja, malah lebih piawai daripada ibu saya dalam pekerjaan dapur.

    Alahmdulillahnya, sekarang saya masih serumah dengan ibu dan ayah. Postingan seperti ini mengingatkan saya untuk terus berupaya birrul walidain sebaik2nya meskipu masih sering berbeda pendapat dengan kedua orang tua.

    BalasHapus
  7. Jadi kangen bapak!

    Bapak saya galak, tapi beliau juga humoris, saya rasa begitu cara beliau meminta maaf kepada kami, atas kegalakannya.

    Kalau lagi marah, betis saya sampai biru dipukul rotan.
    beliau tidak pernah minta maaf, tapi beliau selalu berusaha mengajak kami ngobrol sampai sekarang

    BalasHapus
  8. Puisinya indah sekali, Mbak Qoty ... Baru tahu nih Mbak Qoty jago merangkai puisi. Bahasanya sederhana, tapi pas menyentuh di hati, ya.

    Mmm ... Bapakku orangnya juga pendiam. Kami pun nggak dekat. Nggak pernah saling curhat. Tapi diamnya beliau tentu bukan karena nggak sayang. Setiap orangtua punya cara sendiri dalam mengekspresikan kasih sayang kepada anak-anaknya, bukan?

    Tanpa beliau, duh ... aku pastinya akan kesulitan kalau mau pergi bekerja. Sebab selama ini bapak juga yang membantu mengantar jemput anak-anak dari dan ke sekolah.

    BalasHapus
  9. Ah, jadi baper kan aku. Hiks, soalnya aku hanya bersama ayahku tak lebih dari 12 tahun. Beliau meninggal kala aku kelas 6 SD. jadi kalau denger lagu ebith (salah satu penyanyi kesukaan ayahku) dan lagunya AYAH. udah aku pasti pengen mewek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bapak juga dulu penggemar ebith g Ade kak Dyah.
      Semua kasetnya lengkap..
      Tanyalah aku, atau nyanyikan sebait, aku bisa menyambungnya.. hiksss sedih

      Hapus
  10. Kami 4 bersaudara dekat dengan ayah, walau aku sudah punya suami dan 2 anak tapi tetep sesekali minta jajan sama ayahku cuma untuk sekedar ceria-cerian dirumah gitu😊.

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah Papa skrg sama saya semenjak Ibu meninggal. Taoi saya bersyukur beliau masih segar dan aktif. Papa juga bukan orang yang banyak ngomong, tapi banyak nasehat2 beliau yg benar2 kepakai untuk saya saat ini. Jadi ya banyak kenangan kalai sama beliau. Belum lagi celetukan2 lucunya. Maklum orang Betawi, kalau nyeletuk bisa nikin kita ketawa.

    BalasHapus
  12. Baca ini jadi sedih..
    Karena bapak ku juga udah Alm.
    Selang beberapa tahun setelah aku menikah.
    Beda banget suasana rumah setelah beliau udah nggak ada,
    Al-Fatihah untuk Alm. Semoga selalu ditempatkan ditempat orang - orang yang beriman, Amin

    BalasHapus
  13. Waktu kecil sempet jadi fatherless karena ayah sibuk bekerja. Tapi pas gede, mama meninggal, dan ayah jadi samgat deket dengan saya. Alhamdulillah

    BalasHapus
  14. Inget ayah, inget perjuangan ya buat keluarga. Masih inget ayah ngejagain banget saya sebagai anak perempuan ya, selalu anter jemput pas sekolah, kuliah,kadang kerja pun ayah jemput. Doa terbaik buat ibu dan ayah.

    BalasHapus
  15. saya juga ga dekat dengan bapak. ga dekat dengan ortu sih persisnya. tapi suka lagu ini. sering jadi sedih kalau dengar lagunya ebiet ini :(

    semoga banyak anak yg beruntung karena memiliki kedekatan dengan orang tuanya.

    BalasHapus
  16. Sepertinya jaman kita dulu (merasa sejaman padahal aku duluan hihihi) sosok Bapak itu lebih banyak disegani ya Mbak Qoty. Jadi agak ada jarak dengan anak-anaknya. Maka, sekarang konsep ii mesti kita perbaiki. Bapak harus dekat dan ikut andil dalam pengasuhan anak:)

    BalasHapus
  17. Tulisan mbak mengingatkan saya akan ilmu yg dulu pernah saya dapat (dan sempat saya menuliskannya diblog saya). Bahwa ternyata kewajiban mendidik anak adalah kewajiban seorang ayah. Bukan berarti ibu tidak punya kewajiban, bukan! Tapi, karena peran ayah dalam RT itu sebagai pencari nafkah, seyogyanya tidak melupakan perannya sebagai pendidik anak² pula

    BalasHapus
  18. Almarhum bapak saya juga pendiam mbk, dan sekali bicara itu memang dalemmm dan mengena banget. Banyak hal yang akhirnya jadi acuan saya di masa kini, tanpa sadar berasal dari Bapak.

    BalasHapus
  19. Aku salfok sama sajak dibawah indah sekali btw memang kehadiran ayah dalam parenting penting banget ya

    BalasHapus
  20. Setuju sama tipsnya mba, entah kenapa yah jrg bgt anaknyg dkt sekali dengan sosok ayah padahal kebanyakan ayah kan jrg ngomel dibanding sama ibu, aq jg skrg tengah mengusahakan anak deket sm ayah jd gak selalu ibu yg dicari

    BalasHapus
  21. Aku sendiri kurang dekat sama ayah, apalagi dulu sempet kepisah 9 tahun sama orang tua. Jadi memang sosoknya hilang, meskipun sekarang kumpul lagi. Beliau memang sosok ayah yang terkesan cuek, tapi setelah saya telusuri ayah saya pun tidak punya role model seorang ayah waktu kecil dulu karena kakek meninggal waktu ayah kecil .makanay sekarang aku juga berusaha supaya suamiku Deket sama anak2, supaya mereka punya figur ayah di kehidupan nya

    BalasHapus
  22. Baru baca sekalimat lirik lagu ini aja, saya udah berurai air mata. Pasca wafatnya papah saya sekitar 9 bulan lalu, memang saya belum sepenuhnya move on. Apalagi saya tuh anak papah banget. Dalam artian, saya memang sangat dekat dengan papah. Saya juga bersyukur punya suami yang mau dekat dengan anak-anak :)

    BalasHapus
  23. Jangan sampai anak fatherless. Itu juga jadi catatan saya Mbak. Saya fatherless (dan motherless). Hidup sebatangkara, sendirian di rumah sehari-hari.
    Makanya saya memilih pekerjaan sebagai blogger dan selalu mencatat perkembangan anak. Ini penting bagi saya.

    BalasHapus
  24. Ah baca ini jadi mewek...
    Inget almarhum papa..
    Aku dkt bgt sama papaku

    BalasHapus
  25. Seneng bbgt y mba bsa dket sma bapak soalnya saya sejak kecil gk pernah bsa dket sma bapak

    BalasHapus
  26. Lagu Ebiet G Ade itu memang selalu bikin terharu deh. Aku sendiri tapi ngga terlalu dekat dengan ayahku. Tapi aku mau anak-anakku memiliki memory yang indah tentang ayah mereka.

    BalasHapus
  27. Peluk buat kak Qoty, tetap SemangatCiee karena memang tanpa ayah tak akan hadir seorang anak yang kuat dan tangguh

    BalasHapus
  28. Aduh, aku jadi melow. Jadi inget sama alm. bapak. Aku Deket banget sama beliau. Sampe bisa berantem. Alfatihah buat bapak. :(((

    BalasHapus
  29. Setelah membaca cerita ini jadi keinget keluarga dirumah, udah lama banget gak pulang dan ketemu bapa sama ibu.. Huhuuu jadi sedih :(

    BalasHapus
  30. Maa syaa Allaah puisinya bagus banget Mbak. Baca ini jadi ingat bapak juga, meski saya lebih dekat dengan mama tapi sosok ayah dalam hidup saya juga begitu lekat dalam kenangan.

    BalasHapus
  31. Jadi pingin peluk ayah baca nya nih, kebetulan aku sangat dekat dengan ayah yang memang memberikan kemanjaan dan perhatian buat anak nya beliau jarang bicara namun slalu mempunyai karisma di juga amat di sayang semua orang yang mengenal nya

    BalasHapus
  32. Bagus banget puisinya, mbak. Aku malah deket banget banget sama papaku. Kalau curhat, lebih seneng ke papa karena pasti ga bakal dinasehatin, tapi didengerin dan diajak bercanda. Huhuu jadi kangen papaku

    BalasHapus
  33. Mbak saya jadi mewek sendiri baca tulisan ini. Jadi teringat almarhum Bapak saya yang sudah wafat. Beliau sangat perhatian sama anak-anaknya. Sampai urusan daftar sekolah, antar sekolah sampai ngurus surat-surat buat daftar sekolah, semua Beliau yang kerjakan. Kita tinggal terima beres. Pokoknya sosok yang sangat mengayomi banget. Semoga Ayah Mbak Qoty senantiasa diberikan kesehatan, sehingga masih ada waktu bagi Mbak untuk terus berbakti kepada beliau.

    BalasHapus
  34. Saat baca ini aku jadi teringat bapak ku yang udah 2 bulan pergi meninggalkan kami. Rasanya masih terasa klo beliau ada.

    BalasHapus