Cernak Dayung Naik Ke Atas Pohon

cernak dayung
source: pixabay.com



“Bunda, lihat! Disitu ada sepeda, tapi gak bisa dinaikin ya bund?” Tanya Nadine sambil menunjuk sebuah sepeda tua yang sudah rusak di bagian ban dan stang nya.

“Iya sayang, main yang lain aja ya. Tuh lihat, di sebelah sana ada sawah.” Sahut bunda berusaha mengalihkan perhatian Nadine.

“Mana bund? Itu ya? Oh itu namanya sawah.” Nadine manggut-manggut kagum.

“Iya Nadine, yang tumbuh di sawah itu namanya padi. Padi inilah yang nantinya menjadi beras terus dimasak oleh bunda, jadi deh nasi yang dimakan Nadine.” Terang bunda.

“Siapa yang menanamnya bund?” Seperti biasa, Nadine selalu ingin tahu lebih banyak.

“Yang menanam padi adalah petani,sayang. Para petani menanam padi, menjaga dan merawatnya sampai waktu panen tiba.

“Kalo panen itu apa bunda?”

“Panen itu, ketika biji padi-padinya telah menguning maka semua dipanen atau diambil untuk kemudian diolah lagi menjadi beras lalu dijual.” Bunda menjelaskan dengan sabar.

“Oh begitu..”

“Bunda, Nadine mau naik kesitu!” serunya sambil menunjuk bangunan sebuah rumah adat dengan tangga yang tinggi. Bangunan itu nampak kurang terawat, beberapa bagian bangunan terlihat sudah aus dan berlubang.

“Hmm..kita jalan ke sebelah situ yuk! Sepertinya banyak permainan yang seru deh” Ajak bunda berusaha mengalihkan perhatian Nadine.

“Ayo!” Nadine semangat menuruni anak tangga ke bagian bawah tempat itu.

Saat ini Nadine dan adiknya, Aldi. Bersama bunda, ayah, Om Irwan dan tante Irma sedang berkunjung ke sebuah tempat wisata outbond. Disini udaranya sejuk, rindang karena banyak pepohonan.

Tempat ini terbagi dalam dua bagian. Di bagian atas ada bangunan-bangunan tua yang unik, namun nampak kurang terawat. Perpustakaan mini dan panggung pertunjukkan kecil dihiasi beberapa karya lukisan menjadi pembuka kawasan itu. Dilengkapi pula dengan café, lapangan yang cukup luas dan playground sederhana. Sedangkan di bagian bawah adalah arena outbound.

Banyak hal yang bisa dilatih di arena outbond ini. Melatih kekuatan otot dengan panjat tebing, menjaga keseimbangan dengan berjalan di atas satu tali, melewati sungai menggunakan jaring, flying fox, dan menyusuri danau dengan perahu karet berdayung. Tak ketinggalan, kita bisa ikut menanam padi di sawah pula. Asiik.

Di bawah, tante Irma mengajak Nadine naik perahu karet. Nadine tentu senang sekali. Namun sayang, dayungnya hanya ada satu.

“Maaf neng, perahunya tinggal satu karena yang lain sedang dipakai. Tapi perahu yang ini dayungnya hanya ada satu. Harusnya ada dua namun yang satunya hilang entah kemana. Saya sudah berusaha mencarinya tapi belum ketemu.” Abang penjaga menjelaskan kepada tante Irma dan Nadine.

“Yah, Nadine, kita gak bisa naik perahunya.” Ucap tante Irma lirih.

“Kita kan bisa pakai satu dayung aja, tante. Om Irwan yang mendayung di depan. Bisa kan Om?” Nadine yang tak kehabisan ide memastikan kepada Om-nya.

Om Irwan seketika mengiyakan, “Bisa kok, Nadine. Ayo kita naik.”

“Yeay!” Nadine bersorak gembira.

Sementara mereka naik perahu, Ayah melatih keseimbangan dengan berjalan di atas satu tali, dan mencoba memanjat tebing. Sedangkan Aldi dan bunda menunggu di pinggir sungai.

Di atas perahu, sembari memandang sekeliling Nadine berfikir kemana dayung yang satunya pergi? Dia penasaran dan mengeluarkan kaca pembesar dari sakunya. Ya, Nadine suka sekali membawa kaca pembesar, hadiah dari Om Irwan, kemanapun dia pergi.

Kali ini Nadine melihat sekeliling menggunakan kaca pembesar. Mereka menyusuri sungai dari ujung ke ujung. Tante Irma dan Om Irwan menjelaskan berbagai nama pohon dan buah kepada Nadine. Nadine senang sekali, dia jadi banyak tahu hal baru disini. Tapi, Hei, Nadine seperti mengenali sesuatu di ujung penglihatannya. Apa itu?

“Om Irwan, kita jalan ke ujung situ yuk, yang ada pohon rambutan di ujung itu.” Pinta Nadine pada Om Irwan. Om Irwan pun mendayung perahu mereka ke arah yang dimaksud Nadine.

“Mau ngapain kesitu lagi? Kita kan tadi udah lewat situ, ini mau balik ke tempat Bunda nunggu.” Tante Irma bertanya meyakinkan. “Nadine seperti melihat sesuatu, tante. Nadine pengen lihat dari dekat biar lebih jelas.” Jawab Nadine.

“Itu! Ya,benar. Itu dayungnya. Yeay, dayungnya ketemu.” Nadine berseru kencang, begitu perahu mendekati pohon rambutan itu. Om Irwan menepikan perahu mereka dan naik ke daratan. Terus berjalan menuju pohon rambutan besar yang dimaksud Nadine.

“Dimana Nadine, disini hanya ada batang singkong dan beberapa ranting pendek.” Pandangan Om Irwan menyapu ke sekitar. “Itu, Om. Dayungnya ada di atas pohon.” Jawab Nadine.

Om Irwan mendongak ke atas, dan benar. Dayungnya ada di atas pohon. Dengan sedikit memanjat Om Irwan berhasil mengambilnya dan segera kembali mendayung perahu mereka. Kali ini beban dayung Om Irwan lebih ringan karena dibantu tante Irma yang mendayung juga.

“Wah, Nadine hebat! Bisa menemukan dayung yang hilang. Sekarang Om Irwan ga keberatan lagi mendayungnya. Eh tapi Om mau Tanya deh, darimana Nadine bisa tahu kalo dayungnya ada di atas pohon rambutan?” ternyata Om Irwan penasaran. Hihihi

“Nadine juga gak tau Om. Nadine Cuma penasaran aja dayungnya kok bisa hilang? Apa ada yang mencurinya, atau gimana. Nadine iseng aja lihat-lihat pakai kaca pembesar, siapa tahu dapat petunjuk. Eh, malah ketemu dayungnya.” Jawab Nadine sumringah.

Sesampainya di pinggir sungai tempat Bunda dan Aldi menunggu, mereka disambut oleh penjaga yang membantu mereka naik ke daratan.

“Lho neng, dayungnya ada dua. Ini dayung yang tadi hilang kan? Ketemu dimana ya?” Si Abang penasaran dan bertanya pada tante Irma yang sedang membayar uang sewa perahu.

“Ketemu di atas pohon rambutan besar di ujung sana. Nadine yang menemukannya, bang.” Terang tante Irma.

“Oh disitu. Eh tapi kok bisa ya dayung ini di atas pohon? Pantas saja tadi pagi saya tidak menemukannya, lha wong saya mencarinya di bawah aja gak lihat ke atas.” Gumam si Abang makin penasaran.

“Bang, dayungnya hilang sejak kapan?” Tanya Nadine.

“Kemarin sore waktu saya mau pulang, saya masih sempat merapikan perahu karet dan dayungnya di dalam, Neng. Tapi pagi tadi ketika saya menyiapkan perahu karet dayungnya sudah berkurang satu jumlahnya. Saya sudah mencarinya di sekitar sungai tapi tidak ketemu.” Ujar si Abang menjelaskan.

Jika Nadine sudah mulai banyak bertanya, itu artinya dia tidak akan berhenti sebelum masalahnya tuntas. Bunda hanya tersenyum kagum memperhatikan sulung 5 tahunnya itu.

“Hm, berarti kejadiannya antara sore, malam atau pagi sekali sebelum semua datang.” Nadine menggumam berfikir.

“Kalo malam ada yang jaga disini tidak bang?” Nadine mulai menyelidik. “Ada Neng, dia jaga dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi.” Abang penjaga menjelaskan dengan sabar.

“Pung, tuker uang donk! Gocap nih.” Seseorang berseru dari kejauhan. Ternyata seorang penjaga wahana outbond lain. Si Abang penjaga memberikan uang yang diminta temannya, “Eh iya Pung, kemarin sore gue lihat ada beberapa anak kampung lagi ngambilin buah rambutan di ujung situ. Elu lihat kagak? Gue lihat pas gue ngambil motor di parkiran.” “Kagak, lha gue kan udah pulang duluan sebelum elo pulang.” Jawab si Abang penjaga yang dipanggil dengan sebutan ‘Pung’ tadi. “Oh iya ya, gue lupa. Ya udah gue balik dulu. Makasih ya.” Kemudian beranjak pergi.

“Ya udah Neng, makasih ya udah nemuin dayungnya.” Si Abang bermaksud menutup permbicaraan.

Nadine justru makin bersemangat karena mendapatkan sebuah petunjuk. “Bang, bisa jadi anak-anak yang mengambil buah rambutan itu yang mengambil dayungnya. Mungkin dipakai buat galah.” Nadine mengutarakan pemikirannya. “Iya sih, itu mungkin saja, karena tadi sewaktu Om Irwan kesitu, di bawah pohon itu hanya ada batang singkong dan ranting kecil yang pendek.” Om Irwan sepemikiran dengan Nadine. “Jadi mereka membutuhkan kayu atau sesuatu yang lebih panjang untuk bisa mencapai buah rambutannya.”

“Dimana kita bisa menemui anak-anak itu Bang?” kejar Nadine.

“Di kampung sebelah, Neng. Lewat belakang.” Ujar si Abang.

“Yuk kita kesitu, Bang.” Ajak Nadine lagi.

“Ya udah Neng, yuk ikut Abang, lewat sini. Hati-hati Neng.” Si Abang mulai berjalan.

Nadine, Om Irwan dan tante Irma mengikuti Abang penjaga berjalan melewati semak-semak menuju kampung di belakang tempat itu. Sedangkan Ayah, Bunda dan Aldi memilih naik ke atas menunggu sambil bermain di playground.

Mereka keluar dari tempat wisata itu lewat belakang. Di perbatasan kampung, mereka bertemu anak-anak yang sedang bermain petak umpet. “Hei, boy, sini.” Panggil si Abang. Mereka berlari mendekat, jumlahnya ada 5 anak laki-laki.

“Siapa di antara kalian yang kemarin sore mengambil buah rambutan di ujung itu?” Tanya Si Abang. Mereka semua menggeleng. Tidak ada yang mengaku.

“Ayo jawab. Jangan bohong Lu pada. Temen gue ngelihat Lu pada ngambil buah rambutan. Iya kan? Ayo ngaku!” Mereka bergeming. Masih diam seribu bahasa.

“Oke, kalo ga ada yang mau ngaku. Gue Tanya sekali lagi nih ya, apa kalian juga yang ngambil dayung perahu karet? Lu nyusahin gue tahu kagak? Gue nyari tu dayung sepagian ampe siang kagak ketemu. Penumpang gue repot karena cuma pakai satu dayung. Eh, taunya Lu umpetin di atas pohon. Lu mau ngambil buah rambutan kagak ape-ape, asal jangan dayung gue Lu umpetin!” si Abang mulai emosi.

“Kagak Bang. Kita gak ngumpetin dayungnya. Iya deh, kami ngaku. Kami memang mengambil dayung perahu karet buat galah ngambil buah rambutan. Tapi kami cuma mau pinjam, Bang. Setelahnya akan kami kembalikan ke tempatnya lagi. Eh, belum sempat dapet buah rambutan, tiba-tiba ada monyet datang. Kami kaget dan langsung lari karena takut. Maafin kami ya bang.” Aku salah seorang anak yang bernama Bayu. “Iya Bang, kami bahkan belum sempat dapat buah rambutannya.” Timpal seorang temannya lagi.

“Oke gue maafin. Tapi lain kali jangan diulangi lagi ya.” Ujar si Abang penjaga.

“Kalo dayungnya ditinggal lari harusnya kan ada di tanah ya? Tapi ini kok bisa ada di atas pohon? Siapa yang bawa dayungnya naik ke atas?” Om Irwan bergumam pelan.

Sementara Nadine, malah kembali berjalan ke arah pohon rambutan dan mengamati sekeliling dengan kaca pembesar miliknya. Dan…

“Hei, Om, Tante, lihat itu!” tiba-tiba Nadine berseru sambil menunjuk ke arah pohon mangga tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sontak semua melihat ke arah yang dimaksud dan berlari menghampiri.

“Monyet itu pelakunya. Setelah kakak-kakak itu lari karena monyet datang, dia mengambil dayung yang jatuh dan membawanya naik ke atas untuk tempat dia bertengger. Aha! Aku berhasil!” Sorak Nadine sangat gembira karena berhasil menemukan pelakunya.

“Tapi, darimana Nadine bisa mengambil kesimpulan itu?” Tante Irma berusaha memastikan.

“Coba perhatikan monyet itu, tante. Dia sekarang bertengger di atas sebuah papan yang disilangkannya di antara dahan pohon mangga, bukan langsung ke dahan pohonnya. Nah, seperti itulah yang dilakukan monyet itu terhadap dayung perahu karetnya.” Nadine mencoba menjelaskan yang dia pikirkan.

“Wah, Nadine hebat! Bisa terfikir sampai kesitu. Benar juga. Monyet itu mungkin lebih suka bertengger di dahan atau kayu yang lebar agar bisa tiduran.” Tante Irma membenarkan penjelasan Nadine sembari memperhatikan monyet yang sedang tiduran di atas papan di pohon mangga. “Nadine berhasil memecahkan kasus ‘dayung yang naik ke atas pohon’ Keponakan tante memang detektif cilik yang hebat!” Puji tante Irma yang meraih Nadine ke dalam pelukannya dan mencium pipi Nadine.

Nadine senang sekali karena berhasil menemukan dayung sekaligus pelakunya. 









*Cernak ini ditulis pada tahun 2018 untuk sebuah buku antologi. 

28 komentar:

  1. Nadine, kritis banget ya. Keingintauannya besar. Bagus banget nih dibacakan buat anak-anak, sehingga tahu bagaimana cara memecahkan suatu masalah.

    BalasHapus
  2. Wisata outbond ini memang seru banget. Nggak cuma sekedar jalan-jalan saja, tapi juga edukasi wisata bisa tau cara menanam padi, ngasih makan ikan atau ternak dan lain sebagainya.

    BTW, si Nadine itu kritis dan cerdas ya, kayak detektif. Bisa memecahkan kasus hilangnya dayung. Kalo orang yang berpikiran kritis, biasanya lebih mudah memecahkan teka teki deh, hehehehe... Nice cernak

    BalasHapus
  3. MashaAllah, Nadine... Pinter dan cermat banget sih. Dayung yang ilang sampai ketemu. Bahkan nyamperin bocah-bocah yang diduga memakai dayung buat galah. Hehehehe

    BalasHapus
  4. Jadi kangen nulis cernak lagi nih. Dulu sempat cernak saya juga tayang di Ummi kalo ga salah

    BalasHapus
  5. Aih Nadine pinter deh
    Logikanya jalan banget sampai bisa menemukan dayung yang hilang dan pelakunya hanya dengan melihat sekitar. Sungguh analisis yang baik

    BalasHapus
  6. Saat membaca openingnya, saya merasa dejavu. Rasanya pernah membaca cerita ini. Semakin ke sini saya langsung ingat. Ini salah satu cerita di buku kumcer yang PJ-nya teman saya juga inisialnya A hehehe. Saya juga punya bukunya.

    Terus semangat menulis, Mbak Qoty.

    BalasHapus
  7. Merasakan antusiasme Nadine yg selaku penasaran sama sesuatu, yeay pada akhirnya menemukan juga dayung yang hilang itu.

    BalasHapus
  8. wah baca ini saya jadi kangen dengan cernak lainya kak, jadi ingat ams akecil dulu deh, bacain cernak, sekarnag senyum-senyum sendiri bacanya. Saya banyanginnya Nadine ini karkaternya sangat berpendirian kuat ya

    BalasHapus
  9. MasyaAllah kritis pertanyaannya, hihi. Anakku juga begitu, rasa ingin tahunya besar sekali. Apa karena memang semua anak kecil gitu ya mba?
    Cernaknya coba kirim ke koran deh mba hihi, inspiratif soalnya nih

    BalasHapus
  10. Hmm, jeli juga pemikiran Nadine ya.
    Kayak detektif cilik. Berkat dia, pelaku yang sebenarnya ketahuan.

    BalasHapus
  11. Keren Nadine bisa menelaah dengan baik, jadinya ketahuan kan kenapa itu dayung bisa ada di pohon. Gak kepikiran pastinya si Abang perahu dayungnya ternyata di sana hehe

    BalasHapus
  12. Nadineee kamu kritis banget dek, emang sih kalau umur se Nadine emang lagi demen banget banyak tanya dan harus dijawab yang memuaskan. Sebagai ortu kita juga harus bisa membantu memenuhi keingintahuan anak. Selamat ya, udah ketemu pelakunya. Hihi.

    BalasHapus
  13. Hahai, bisa nih buat mengisi jadwal mendongeng nanti malam. Najib bakalan suka dengan karakter Nadine yang rasa ingin tahunya besar, persis seperti dirinya sendiri. Tokoh monyet juga bakalan menarik, najib paling suka tokoh binatang dalam cerita dongeng. Sayang saya belum punya bukunya.

    BalasHapus
  14. Eh gilaaa..ceritanya mengalir banget. Keren banget nih buat cerita anak2. Pingin deh punya anak sehebat Nadine. Ya orangtuanya jg hrs cerdas dl sih baru bs menurun ke anak2nya. Ye ngga bun? Wkwkwk..

    Ternyata monyetlah bintangnya kali ini. Hehe..

    BalasHapus
  15. Lama sekali tak membaca sebuah cerita anak. Khas anak yang selalu ingin tahu hal sekitar. Menarik juga diceritakan sembari bersantai bersama anak kali ya

    BalasHapus
  16. Unik idenya Mbak. Oiya untuk masukan seperti kata sapaan seperti tante, neng, itu huruf kapital awalnya hehe.. ketentuannya lengkap di PUEBI Mbak. Terus nulis cernak Mbak. Biasanya NuBi kan nerima cerita anak. Lumayan fee nya hehe

    BalasHapus
  17. wah keren ih mbak Qoty, bisa nulis cernak juga
    ini ceritanya bagus mbak, sangat mendidik

    BalasHapus
  18. Nadine emang kritis, enggak kebayang kalau jadi emaknya...hahaha
    Harus pinter ngejawab setiap pertanyaannya nih.

    BalasHapus
  19. Cerita nya menarik banget ya, mulai dari munculnya masalah dayung sampai mengetahui penyebabnya kenapa dayung bisa di atas pohon rambutan. Nadine hebat euy, bisa tahu dan menyelesaikan teka teki dayungnya.

    BalasHapus
  20. Aihhh seru banget ini. Nadine namanya sama seperti anak keduaku mbak. Lalu aku ceritakan juga ini sekilas ke anakku, dia gembira hahaha

    BalasHapus
  21. jadi ingat dulu lumayan sering menulis cerita anak, dan biasanya kisah - kisah seperti nadine ini membekas di hati anak anak...

    BalasHapus
  22. Nadine pintar banget ya, analisisnya keren pula.
    anak-anak yang tadinya ambil dayung juga hebat, mau mengakui kesalahannya mengambil dayung, juga langsung minta maaf. Ini nih yang penting ditanamkan ke anak, tolong-maaf-terima kasih :)

    BalasHapus
  23. Ceritanya menarik
    Keren nih karena sudah jadi bagian buku antologi 2018
    Semoga senantiasa berkarya

    BalasHapus
  24. Ceritanya mengalir dan mudah dipahami mba kalau dibaca anak-anak. Keren aku blm bisa nulis cerita anak. Smoga next bisa nulis seperti ini.

    BalasHapus
  25. Ceritanya menarik. Cuma serius nanya nih. Kaca pembesar bisa ya digunakan untuk melihat objek di jarak cukup jauh seperti yang dilakukan Nadine?

    BalasHapus
  26. Detil cernak ini harus sangat diperhatikan yaa, kak..
    Karena tujuannya untuk menyampaikan pesan kepada anak. Suka banget..
    Semoga ada cernak berikutnya yang bisa jadi ide ceritaku buat anak-anak. hihii~
    Terima kasih.

    BalasHapus
  27. keren Mbak bisa bikin cernak. Saya nyerah mau mencoba saja udah bingung dengan tema dan lainnya.

    BalasHapus
  28. Aku tuh tadi lagi mikir cernak tuh apa kak, ya ampun aku ga update banget, ga kepikiran cerita anak 😁🙏 soalnya aku bacaa judul nya aja digabung. Keren ini seru kalau cerita2 outbound. Anakku juga antusias cerita2 kayak gini

    BalasHapus